Selasa, 27 Desember 2011

Paradoks Produktivitas dan Tata Kelola Teknologi Informasi

Tidak sedikit perusahaan yang mengalami kegagalan dalam implementasi teknologi informasi (TI) atau sistem teknologi informasi (STI), termasuk juga yang berkaitan dengan sistem informasi akuntansi. Ada beberapa penyebab yang dapat ditelusuri. Secara garis besar ada yang bersifat teknis dan non-teknis. Sisi teknis berkaitan dengan teknologi yang berada di belakang sistem tersebut, sementara sisi non teknis berada pada aspek keperilakuan dan managerial dalam penggunaan sistem tersebut. Tulisan ini akan memberikan gambaran mengenai aspek managerial yang mempengaruhi kesuksesan penerapan sistem teknologi informasi.
Keller (2004) dalam bukunya yang berjudul ‘Technology Paradise Lost: Why Companies Will Spend Less to Get More from Information Technology’ mengungkapkan secara jelas bagaimana peran STI dalam korporasi modern saat ini, terutama untuk mentrasformasikan investasi yang telah dilakukan dalam bidang STI yang tergolong besar agar menghasilkan nilai dan profitabilitas bagi perusahaan. Investasi-invetasi di bidang STI seringkali tidak diikuti dengan hasil yang maksimal bagi perusahaan, baik dari sisi produktivitas, profitabilitas maupun nilai yang akan diterima oleh suatu entitas bisnis. Berkaitan dengan hal ini muncul terminologi productivity paradox. Istilah productivity paradox pertama kali dikemukakan oleh Steven Roach dalam penelitiannya yang berjudul America’s Technology Dilemma: A Profile of the Information Economy yang dipublikasikan pada tanggal 22 April 1987 (Brynjolfsson & Hitt 1998).  Kesimpulan mengenai productivity paradox diperoleh karena adanya peningkatan yang sangat besar dalam teknologi komputasi, namun demikian tidak diimbangi dengan imbas yang dihasilkan dari sisi kinerja ekonomi, khususnya untuk sektor ekonomi yang didominasi oleh “pekerja informasi”. (Brynjolfsson & Hitt 1998).
Perdebatan panjang mengenai productivity paradox bermunculan, ada yang mendukung dan ada juga yang menentang. Argumen yang mendukung dikemukakan oleh Carr (2003) yang menyatakan bahwa investasi dalam bidang teknologi seringkali tidak sejalan dengan hasil yang dapat diperoleh. STI tidak lagi menjadi sesuatu yang strategis bagi perusahaan dan telah menjadi suatu komoditas. Sejumlah survey dan penelitian menemukan bahwa productivity paradox tidak sepenuhnya benar dan tidak juga sepenuhnya salah. Beberapa sektor produksi ada yang mengalami peningkatan dalam produktivitas dalam kaitannya dengan penggunaan STI, namun ada juga yang tidak menunjukkan perubahan yang berarti. Hasil survey yang dilakukan oleh Federal Reserve Board, Information Technology and Productivity: Where Are We Now and Where Are We Going, pada tahun 2002 menemukan bahwa peningkatan produktivitas hanya terjadi pada beberapa sektor industri seperti industri perakitan komputer, sekuritas (keuangan), pabrikan semikonduktor, telekomunikasi, dan grosir. Produktivitas terbesar yang dicapai oleh industri-industri tersebut berada dalam rentang waktu 6 tahun sejak tahun 1995 hingga 2000 (Keller 2004). Argumen yang kontra productivity paradox datang dari Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) pada tahun 2003 yang menganjurkan investasi besar-besaran dalam TI karena akan berdampak pada produktivitas dan pertumbuhan GDP seperti yang telah dialami oleh Amerika. U.S. Department of Commerce dalam laporannya Digital Economy 2002, melaporkan bahwa pergerakan dan pertumbuhan dalam ekonomi Amerika sangat erat kaitannya dengan pengeluaran dan penggunaan STI. Salah satunya adalah penciptaan bidang-bidang kerja yang bergaji tinggi yang berhubungan dengan penyediaan jasa dan penjualan STI. (Keller 2004). Survey yang dilakukan oleh OECD dan U.S. Department of Commerce ini melihat imbas STI secara lebih luas dalam konteks negara dan bukan pada tingkatan perusahaan. Jika dilihat secara lebih luas, dapat disimpulkan STI  memiliki imbas yang besar dalam produktivitas perekonomian saat ini.
Mengapa ada sebagian perusahaan berhasil menikmati keuntungan dari investasi STI yang mereka lakukan, sementara ada sebagian yang lain mengalami kegagalan?

Pertanyaan penting yang patut dikemukakan berkaitan dengan productivity paradox  adalah mengapa ada sebagian perusahaan yang berhasil menikmati keuntungan dari investasi STI yang mereka lakukan sementara ada sebagian lain yang mengalami kegagalan. Kegagalan sebagian perusahaan dalam memanfaatkan STI seharusnya tidak dapat menjadi justifikasi productivity paradox.
Kesukesan perusahaan-perusahaan yang memanfaatkan STI dalam proses bisnisnya seharusnya menjadi pelajaran berharga bagi perusahaan-perusahaan yang belum mendapatkan hasil yang maksimal dalam investasi di bidang STI. Productivity paradox yang menjadi bahan perdebatan sesungguhnya berada pada lingkup perusahaan atau industri tertentu saja dan bukan berada pada lingkup yang lebih luas seperti negara dan regional tertentu. Oleh karena itu fenomena productivity paradox sebenarnya tidak dapat digeneralisasikan sebagai salah satu dampak dari penggunaan STI dalam proses bisnis.
Penelitian empiris menunjukkan bahwa kegagalan dalam implementasi STI sebenarnya terjadi karena kesalahan dalam pengelolaan STI itu sendiri dan tidak adanya ukuran yang jelas bagaimana mengukur kesuksesan implementasi STI. Kegagalan dalam STI umumnya terjadi karena proses perencanaan dan analisis masalah yang salah sehingga hasil pengembangan STI kedalam perusahaan menjadi tidak berhasil. Faktor kepemimpinan juga memainkan peranan yang amat penting. Keterlibatan dan partisipasi manajemen puncak akan sangat menentukan kesuksesan implementasi STI. Beberapa studi yang berkaitan dengan hal tersebut menemukan terdapat keterkaitan yang erat antara kesuksesan implementasi STI dengan hubungan eksekutif yang didalamnya melibatkan CEO dan CIO (Feeny et al. 1992; Earl & Feeny 1995; Chen & Preston, 2007). Dari sisi pengukuran kesuksesan, STI tidak hanya diukur dari perspektif keuangan, namun juga harus diukur dari persepektif non keuangan lainnya seperti kepuasan pelanggan, kepuasan karyawan, akurasi proses bisnis, dsb. Pengukuran kesuksesan STI yang hanya diukur dari perspektif keuangan tidak tepat, karena dua variabel ini tidak selalu berhubungan secara langsung.
Berkaitan dengan adanya kesalahan dalam pengelolaan dan pengukuran kesuksesan implementasi STI, pemikiran mengenai tata kelola teknologi informasi (IT governance) kini berkembang. Ada berbagai definisi yang dikemukakan berkaitan dengan tata kelola TI. Ross & Weill (2004) Mendefinisikan tata kelola TI sebagai spesifikasi atas rerangka dalam pengambilan keputusan keputusan, pendelegasian wewenang dan akuntabilitas untuk mendorong perilaku yang diinginkan dalam penggunaan teknologi informasi. Definisi ini lebih menekankan kepada sistem dan proses dalam pengambilan keputusan yang berhubungan dengan kesuksesan dalam penggunaan teknologi. Definisi lainnya yang lebih luas dikemukakan oleh The IT Governance Institute (ITGI), tata kelola TI didefinisikan sebagai tanggung jawab eksekutif dan dewan komisaris yang melibatkan kepemimpinan, struktur organisasional, dan proses untuk meyakinkan keberlanjutan TI, pencapaian strategi dan tujuan perusahaan. Mekanisme tata kelola TI memiliki tiga komponen yaitu struktur, proses dan  mekanisme relasional (Van Grembergen & De Haes 2008). Struktur meliputi organisasi, lokasi fungsi TI, eksistensi, dan kejelasan tugas serta tanggung jawab dari peran TI yang beragam dalam organisasi. Proses merujuk pada pengambilan keputusan, perencanaan sistem informasi strategis, pengendalian dan rerangka proses. Mekanisme relasional merupakan komponen yang melengkapi rerangka tata kelola TI. Mekanisme sangat dibutuhkan dalam tataran operasional, tata kelola TI tidak akan berhasil tanpa adanya mekanisme meskipun telah memiliki struktur dan proses yang baik. Mekanisme ini meliputi partisipasi bisnis/TI, dialog strategis, pelatihan, pembelajaran dan komunikasi. Dalam tataran operasional, panduan operasional tata kelola TI dapat menggunakan COBIT, CMMi, COSO, ISO/IEC 17799:2005, ISO/IEC TR 13335, ISO/IEC 15408:2005, ITIL, NIST 800-14, PRINCE2, PMBOK, TickIT (Van Grembergen & De Haes 2008).
Aspek managerial terutama yang berkaitan dengan tata kelola teknologi informasi memegang peranan penting dalam kesuksesan implementasi STI. Dengan demikian, penerapan STI semata tanpa mempertimbangkan bagaimana memanfaatkannya dengan benar, sama sekali tidak bermanfaat bagi perusahaan.

Komentar:
Sebenarnya penggunaan IT dalam perusahaan memang sangat membantu untuk memecahkan masalah dalam perusahaan tersebut, banyak hal-hal yang semakin mudah dikerjakan dengan menggunakan IT. Terbukti sekarang ini perusahaan-perusahaan sudah banyak menggunakan IT selain bertujuan untuk memudahkan pekerjaan, IT juga bisa menghemat waktu para pekerja sehingga semua pekerjaan bisa cepat selesai lebih awal. Dan terbukti juga IT sangat membantu perusahaan dalam menerapkan Sistem Informasi Akuntansi yang sudah dibuat oleh perusahaan itu sendiri. Dengan adanya IT pun memperkecil kemungkinan untuk terjadi kecurangan. Jika ada kegagalan dalam implementasi STI sebenarnya terjadi karena kesalahan dalam pengelolaan STI itu sendiri dan tidak adanya ukuran yang jelas bagaimana mengukur kesuksesan implementasi STI. Kegagalan dalam STI umumnya terjadi karena proses perencanaan dan analisis masalah yang salah sehingga hasil pengembangan STI kedalam perusahaan menjadi tidak berhasil. Faktor kepemimpinan juga memainkan peranan yang amat penting. Keterlibatan dan partisipasi manajemen puncak akan sangat menentukan kesuksesan implementasi STI. Beberapa studi yang berkaitan dengan hal tersebut menemukan terdapat keterkaitan yang erat antara kesuksesan implementasi STI dengan hubungan eksekutif yang didalamnya melibatkan CEO dan CIO. Dari sisi pengukuran kesuksesan, STI tidak hanya diukur dari perspektif keuangan, namun juga harus diukur dari persepektif non keuangan lainnya seperti kepuasan pelanggan, kepuasan karyawan, akurasi proses bisnis, dsb. Pengukuran kesuksesan STI yang hanya diukur dari perspektif keuangan tidak tepat, karena dua variabel ini tidak selalu berhubungan secara langsung.


Sabtu, 03 Desember 2011

Aku Terluka

Tahukah Tuhan ,,,, aku terluka??????????????????? 

Aku tak pernah ingin mengeluh, tapi ku tak pernah bisa bayangkan jika ku terluka, apakah ku harus diam dan memendamnya???
Ku tak pernah mengerti bahwa hidupku kan penuh luka, ku juga tak pernah tahu cara untuk menghapus luka itu. Apakah ini jalan terbaik yang memank harus ku terima??
Aku hanya bias bertanya dalam hati karena tak seorangpun bias menjawab pertanyaanku, bahkan Tuhan pun tak pernah menjawab luka-luka yang ada di hatiku……
Tahukan Tuhan, bahwa lukaku lebih dalam dari lautan, mungkin???????? Yah,, mungkin saja, atau mungkin air mata ku yang menetes jika dikumpulkan akan lebih banyak dari laut????
Tuhan tahukah?? Lukaku tak sekedar luka yang bisa ku hapus dengan sedikit kasih-Mu, walau mungkin seberapa besar kasih yang kau beri belum tentu luka-luka itu terhapus tanpa sisa di hatiku.
Bisakah Kau hapus luka itu hingga tak bersisa??? Hingga ku tak lagi merasakan luka yang selalu selimuti hari-hari dalam kegelapan…..
Ku tak pernah tahu sampai kapan luka ini harus bertahan, lukaku terlalu membuat hidup serasa tak adil. Aku serasa tak mendapatkan hidupku yang layak.
Thukah Kau, Tuhan???????? Aku terluka karena-Mu… salahkah aku jika ku berkata demikian??? Ataukah aku terlalu berdosa hingga kau berikan aku luka yang tak pernah habis-habisnya datang dalam setiap perjalanan hidupku tanpa 1 waktu kau beri aku sukacita????
Atau kan Kau biarkan aku berjalan dalam luka yang begitu dalam dan Kau tak kan pernah berikan aku sedikit sukacita untuk perjalanan hidupku kelak.
Tuhan………… biarkan lukaku ini menyakiti diriku sendiri kalau memank Kau pun tak bisa menghapusnya hingga tak bersisa. Ku tak pernah mau jika luka ini akan membawa luka untuk orang-orang di sekitarku…. Aku tak pernah mengharap luka ini dating dalam hidupku, tapi biarlah luka ini menjadi pelajaran di perjalanan hidupku jika ini memank yang Kau berikan untukku, Tuhan…………



kami hanya berharap

Kami anak-anak tak pernah meminta………………………………
Kami tak pernah tahu, kami ada karena diharapkan atau tidak. Yang kami tahu hanya kami memiliki kedua orang tua dan saudara. Kami tak pernah memikirkan permasalahan apa yang akan timbul dalam sebuah keluarga ini. Yang kami bayangkan adalah kebahagiaan.
Tapi kadang bayangan kami bisa saja benar atau bahkan akan salah total………….. dan mungkin sekarang yang kami rasakan memang salah, yang terjadi tidak seperti bayangan kami….
Tapi sadarkah para orang tua, kalian begitu menyakiti kami akan hal itu???????????????? Kalian sebagai orang tua hanya menuntut kami tapi kalian tak pernah memikirkan perasaan kami. Jika kalian para orang tua hanya ingin menyakiti hati kami, jangan pernah menuntut kami untuk mengerti perasaan kalian. Karena kami tak pernah mengerti akan hal itu.
Tahukan kalian, kami begitu sakit ketika kalian berkata “bodoh kau” atau “kalian itu hanya merepotkan”??????????? bukankah itu sudah menjadi tanggung jawab kalian sebagai orang tua????? Begitu kecewa kami ketika mendengar perkataan itu dari mulut orang tua kami.
Kami tak pernah meminta, tahukah kalian para orang tua?????? Kalian hanya menuntut kami untuk menjadi yang kalian mau. Kalian membandingkan kami dengan anak-anak yang lainnya di depan muka kami, kalian menginginkan kami seperti anak-anak yang mungkin lebih pandai dari kami, kalian selalu mencacat kami…….. kalian tak pernah mau tahu akan hati kami, yang kalian mau kami akan membanggakan kalian…..!!!!!!!!!
Tapi sadarkah kalian, para orang tua kami???? Bisakah kalian menjadi panutan kami??? Menjadi yang kami banggakan juga, ketika kami berpikir bahwa kami harus membanggakan kalian???? Kalian terlalu egois akan diri kalian sebagai orang tua..
Kami tak akan pernah meminta untuk ada di dunia ini, jika kami akan merasakan kecewa dari orang tua kami sendiri.. jika boleh pun kami juga tak akan meminta untuk kesekian kalinya………. Atau mungkin kami hanya berharap, bahkan apa yang kami harapkan hanya bisa kami ucapkan dalam hati..
Jika boleh kami ucapkan harapan kami hanyalah ”kalian mengerti perasaan kami, maka dengan sendirinya kami sudah mengerti perasaan kalian”. Kami juga punya perasaan, kami tak kan menyakiti jika kamipun tak tersakiti oleh tingkah para orang tua..
Tanpa diminta pun kami akan berpikir bagaimana cara untuk membanggakan kalian, tapi kalian tak pernah memberikan sedikit kepercayaan kepada kami. Yang kalian tahu hanya keburukan kami tanpa mau tahu akan apa yang kami pikirkan untuk para orang tua kami…. Tak pernah sedikit kata bangga terucap dari mulut kalian jika kalian memiliki anak-anak seperti kami..
Lalu………………apakah kami harus mengucapkan rasa bangga kami memiliki orang tua, yang tak pernah merasa bangga akan kehadiran kami????????????
Kami anak-anak tak akan pernah meminta, tetapi kami hanya berharap……………… Kami tak tahu, salahkah ungkapan hati kami ini, atau terlalu durhaka kah diri kami ini????????? Dan sekali lagi ungkapan hati kami bahwa kami anak-anak hanya akan bisa berharap………………

siklus pendapatan

Siklus Pendapatan : Penjualan dan Penerimaan Kas

Siklus Pendapatan
Siklus pendapatan dari berbagai jenis organisasi adalah sama dan meliputi beberapa atau semua operasi berikut ini :
  1. Merespons pertanyaan pelanggan. Pertanyaan pelanggan bisa di tangani oleh tenaga penjual. Tenaga penjual memainkan peran penting dalam membantu para pelanggan untuk memahami suatu produk perusahaan dan memilih produk yang sesuai untuknya.
  2. Membuat perjanjian dengan para pelanggan untuk menyediakan barang dan jasa di masa yang akan datang. Contohnya, pesanan pelanggan untuk produk barang dan jasa serta kontrak antara perusahaan dengan pelanggan untuk penyerahan barang atau jasa di masa depan. Karyawan penting di dalam fungsi ini adalah petugas pencatat pesanan dan tenaga penjual.
  3. Menyediakan jasa atau mengirim barang ke pelanggan. Fungsi ini sangat penting dalam proses pendapatan.
  4. Mengakui klaim atas barang dan jasa yang di sediakan. Perusahaan mengakui klaimnya terhadap pelanggan dengan mencatat piutang dan menagih pelanggan.
  5. Menerima kas. Pada suatu waktu dalam siklus pendapatan, kas di peroleh dari pelanggan.
  6. Menyetorkan kas ke bank. Agen yang terlibat adalah kasir dan bank.
  7. Menyusun laporan. Contohnya, mencakup daftar pesanan,daftar pengiriman, dan daftar penerimaan kas.
Alternatif Sistem Siklus Pendapatan

Dalam sistem siklus pendapatan ada 3 karakteristik, yaitu :
  1. Metode Pesanan
  2. Penentuan Waktu Pembayaran
  3. Bentuk Pembayaran
Pada Bab ini kita akan menekankan suatu sistem di mana pesanan terjadi sebelum pengiriman, pembayaran adalah setelah pengiriman, dan penjualannya adalah secara kredit.




Risiko dan Pengendalian
Ada beberapa risiko yang dikaitkan dengan siklus pendapatan ELERBE, yaitu sebagai berikut :
  • Pelaksanaan. ELERBE menghadapi beberapa risiko pada siklus pendapatan. Sebagai contoh, pengiriman yang tidak terotorisasi daapt dibuat, atau pengirimandaapt dilakukan 2 kali tanpa sengaja. Risiko kesalahan yang berhubungan dengan penerimaan kas adalah kelalaian untuk menerima kas, terlambat menerima, atau juga menerima dalam jumlah yang salah.
  • Pencatatan. Risiko pencatatan untuk ELERBE adalah mencatat pesanan, pengiriman, atau penerimaan yang tidak pernah terjadi atau mencatat kejadian yang sama 2 kali.
  • Perbaruan. Pada siklus pendapatan, aktivitas perbaruan adalah mengurangi jumlah persediaan ketika barang telah terjual, menaikan saldo tertagih pelanggan ( untuk penjualan kredit ), dan memperbarui saldo di akun buku besar yang meliputi Piutang Usaha, Kas dan Penjualan. Risikonya adalah bahwa perbaruanmungkin gagal terjadi, duplikasi perbaruan dapat terjadi, record yang salah mungkin diperbarui ( misalnya, mengurangi jumlahbarang persediaanyang salah ), atau jumlah perbaruan bisa jadi salah.
Pengendalian Input
Pengendalian input digunakan untuk meningkatkan akurasi dan validitas entri data. Pada siklus pendapatan, entri data meliputi pemeliharaan file pelanggan dan persediaan, maupun pencatatan kejadian seperti pesanan, pengiriman, penagihan, dan penerimaan kas.
Menu Siklus Pendapatan
Menu Siklus Pendapatan
  1. Memelihara
  1. Pelanggan
  2. Persediaan
  1. Mencatat Kejadian
  1. Memasukkan pesanan penjualan ( E1 )
  2. Memasukkan pengiriman ( E3 )
  3. Memasukkan faktur penjualan ( E4 )
  4. Memasukkan penerimaan ( E6 )
  5. Memasukkan penyetoran ( E7)
  1. Memproses Data
  1. Posting
  2. Menghapus record

  1. Menampilkan / Mencetak Laporan
Dokumen ( Laporan satu entitas )
  1. Pesanan penjualan, slip pengambilan, dan slip pengepakan ( E1 )
  2. Faktur penjualan ( E4 )
  3. Rekening pelanggan

Laporan Kejadian
  1. Laporan pesanan pelanggan yang baru
  2. Jurnal penjualan
  3. Jurnal penerimaan kas
Daftar Acuan Agen dan Sumber Daya
  1. Daftar pelanggan
  2. Daftar persediaan
Laporan Peringkasan dan Perincian Status untuk Agen dan Sumber Daya
  1. Laporan pesanan pelanggan yang belum terpenuhi
  2. Umur piutang usaha – perincian
  3. Umur piutang usaha – ringkasan
  4. Jumlah penjualan menurut produk – ringkasan
  1. Query
  1. Query kejadian
  2. Query pelanggan
  3. Query persediaan
  1. Keluar

Pemeliharaan File
Pelanggan baru dan produk baru terlihat dibagian atas menu karena record harus dibuat untuk entitas sebelum pesanan terkait dapat dicatat.default syarat-syarat kredit yang akan digunakan ketika mencatat tagihan yang dikirimkan ke pelanggan juga harus dimasukkan. Field di area abu-abu tidak dapat digunakan untuk entri data pada pemeliharaan file. Saldo terbaru diperbaharui ketika transaksi aktual terjadi, berdasarkan informasi pada ricord kejadian. Setelah entri data selesai, pengguna mengklik SAVE, dan sistem menambahkan record ke tabel pelanggan.
Menggunakan Pemeliharaan File Pelanggan untuk Mengendalikan Risiko
Pemeliharaan file pelanggan memainkan peranan penting dalam mengurangi risiko yang diidentifikasi. Risiko tidak menerima kas dapat dikurangi dengan mengharuskan bahwa penjuala secara kredit dibuat untuk pelanggan di tabel pelanggan yang berada dalam batas kreditnya. Ketika mencatat sebuah pesanan, petugas pencatat pesanan tidak harus mengetik nama atau nomor identifikasi pelanggan karena layar entri pesanan mencakup daftar drop-down pelanggan dari table pelanggan.

Pengendalian atas Pemeliharaan Pelanggan
Memelihara record pelanggan dapat mengurangi risiko, tetapi hanya pelanggan yang kompeten saja yang ada di file induk dan bahwa informasi kontak seperti nama, alamat, dan nomor teleponnya akurat. Pengendalian yang memadai atas proses pemeliharaan pelanggan sangatlah penting. Proses memasukkan record pelanggan yang baru sangat sulit untuk dikendalikan. Informasi yang dicatat pada record adalah baru bagi sistem, sehingga tidak ada record lain yang disimpan di mana dapat dibandingkan untuk keakuratannya. Record pelanggan ditambahkan sendiri-sendiri, bukan batch, sehingga pengendalian batch tidak tersedia. Alamat penagihan yang salah dapat berarti tidak pernah menerima jumlah yang terutang dari penjualan secara kredit. Fokus pada pemecahan masalah untuk mengembangkan daftar pengendalian atas pemeliharaan pelanggan:
  1. Pemeliharaan File untuk Persediaan
  2. Pemeliharaan File dan Penelahan kinerja
Proses untuk penelaahan kinerja:
  1. Pembuatan anggaran, proyeksi, standar, atau hasil periode sebelumnya melalui pemeliharaan file.
  2. Penggunaan laporan untuk membandingkan hasil aktual dengan anggaran, proyeksi, standar, atau hasil periode sebelumnya.
  3. Tindakan perbaikan, jika diperlukan, untuk meningkatkan kinerja dan/atau merevisi data acuan yang sesuai ditabel induk.
Menerima Pesanan (E1)
Setelah table pelanggan dan persediaan diperbaharui, maka pesanan oleh pelanggan baru dan pesanan untuk barang persediaan baru dapat dicatat. Narasi meringkas proses penerimaan dan pencatatan pesanan penjualan. Isi narasi dicetak ulang dengan dipisahkan menjadi langkah-langkah berikut ini:
  1. Manajer toko buku mengirim pesanan dengan detail seluruh buku.
  2. Petugas pencatat pesanan memasukkan data pesanan ke dalam computer. Sistrem komputer memeriksa apakah pesanan adalah dari pelanggan lama. Jika pesanan dari pelanggan baru, petugas memberi record pelanggan ke tabel pelanggan. Kemudian, sistem memeriksa table persediaan untuk menemukan apakah persediaan ada.
  3. Informasi pesanan dicatat di table pesanan dan Perincian_Pesanan oleh sistem computer ELERBE.
  4. Sistem komputer juga memperbarui field Jumlah_di_Tangan di table persediaan.
  5. Petugas mencatat dua salinan pesanan penjualan. Petugas mengirimkan satu salinan pesanan penjualan ke gudang sebagai slip pengendalian. Salinan kedua bertindak sebagai slip pengepakan dan dikirimkan ke Departemen Pengiriman.
Pesanan Online
ELERBE sedang berpikir tentang menawarkan produk CD-ROM-nya melalui penjualan online ke mahasiswa dan pelanggan lainnya. Untuk memulai rencana perdagangan elektronik ini, manajer di ELERBE memahami bahwa layanan berikut ini akan diperlukan:
  • Membantu dalam mengembangkan situs Web yang (a) menarik bagi pelanggan; (b) mampu menyimpan informasi tentang produk, yang meliputi gambaran; (c) mampu menerima informasi pesanan dari pelanggan; dan (d) mampu menyediakan informasi pesanan penjualan untuk ELERBE sehingga pesanan dapat dipenuhi.
  • Layanan yang menjadi host situs Web pada server-nya.
  • Rekening merchant di suatu bank untuk menyetorkan pembayaran kartu kredit ke rekeningnya.
  • Layanan yang menyediakan otorisasi kartu kredit internet.
Saat ini ELERBE sedang bernegosiasi dengan penyedia layanan yang mengaku ia dapat mengelola semua fungsi ini. Akan terdapat biaya pemasangan satu kali, biaya hosting bulanan, dan biaya per transaksi. Untuk memulainya, ELERBE harus:
  • Mengembangkan sebuah cara untuk mengklasifikasikan produk-produknya kedalam kategori-kategori untuk memfasilitasi kemampuan pelanggan untuk mencari produk yang diinginkan.
  • Informasi ekspor mengenai persediaannya ke dalam spreadsheet dengan detail mengenai setiap produk yang dijual yang mencakup kunci primer, deskripsi, dan harga jual. Informasi ini kemudian di-upload ke situs Web.


Mengambil dan Mengirim Barang (E2,E3)

Setelah pesanan disetujui, slip pengambilan dan slip pengepakan dicetak. Slip pengambilan diserahkan ke karyawan di gudang yang akan mengambil barang, dan slip pengepakan diserahkan ke petugas ppengiriman yang bertanggung jawab atas pengiriman. Karyawan yang mengambil barang menggunakan slip tersebut sebagai otoritas untuk mengambil barang-barang di gudang.
Karyawan gudang menggunakan slip pengambilan untuk mencari barang-barang yang akan diambil. Selain produk dan jumlah, slip pengambilan mengidentifikasi lokasi gudang agar memudahkan karyawann gudang untuk mengumpulkan pesanan. Karyawan mengambil barang dari gudang untuk dikirimkan, mengemas barang dalam sebuah paket, mencatat jumlah aktual yang dikemas di slip ppengambilan, dan mengirim paket tersebut ke departemen pengiriman. Pengirim hanya akan menerima barang-barang untuk dikirimkan yang disertai dengan slip pengambilan.
Setelah menerima barang dan slip pengambilan dari gudang, petugas pengiriman merekonsiliasikan slip pengambilan dengan slip pengepakan dan memperbarui slip pengepakan apabila ada perubahan yang ditunjukkan di slip pengambilan. Kemudian petugas membuat konosemen (bill of lading) yang menjelaskan paket, kurir, rute, dsb, dan melampirkannya ke paket. Petugas pengiriman memasukkan data pengiriman ke dalam sistem komputer. Satu salinan slip pengepakan dilampirkan ke paket sebelum diserahkan ke kurir. Pengiriman menandatangani salinan kedua slip pengepakan. Jika semuanya siap untuk dikirimkan, pengirim menulis dengan tangan konosemen (bill of lading), yang mendaftar jumlah paket, berat, dan biaya pengiriman yang telah dihitung. Kurir menandatangani dokumen dan mengambil salinannya dengan paket (bersama slip pengepakan) untuk pengiriman. Salinan konosemen yang sudah ditandatangani dan slip pengepakan dikirimkan ke departemen piutang usaha sebagai bukti pengiriman.
Menagih Pelanggan (E4)
Pada akhir hari, petugas piutang usaha menelaah slip pengepakan dan konosemen yang diberikan oleh pengirim serta membandingkannya dengan record pengiriman yang ditampilkan di komputer. Untuk menelaah record pengiriman, petugas piutang usaha menggunakan fungsi query system dan menampilkan daftar seluruh record perincian pengiriman. Petugas piutang usaha memeriksa untuk memastikan bahwa seluruh slip pengepakan yang diterima tampak pada daftar pengiriman yang belum tertagih. Petugas juga mencari adanya pengiriman yang belum tertagih di mana tidak ada slip pengepakan yang telah diterima. Petugas kemudian membuat faktur untuk pengiriman yang belum tertagih. Pada waktu mencatat faktur, petugas piutang usaha memasukkan nomor akun besar yang harus digunakan ketika transaksi diposting ke buku besar. Petugas piutang usaha mencatat dan mencetak faktur, satu per satu, sampai semua record pengiriman yang belum tertagih telah difakturkan.

Menerima Kas (E5)
Proses penerimaan sebagai berikut :
  1. Pelanggan menerima faktur atau rekening pelanggan dan menyobek potongan faktur yang memasukkan pelanggan maupun jumlah faktur yang belum dibayar. Pelanggan mengirimkan potongan tersebut (juga dikenal sebagai nota pengiriman uang) bersama dengan cek.
  2. Bersama dengan karyawan lainnya, petugas surat membuka surat setiap haru serta mengambil cek dan nota pengiriman uang. Cek dikuasakan dengan mencetak di belakang setiap cek.
  3. Dua salinan daftar nota pengiriman uang, yang menunjukkan pelanggan dan jumlah yang dibayar oleh setiap pelanggan, dibuat, dengan total di bagian bawah. Satu salinan diserahkan ke kasir dengan cek, dan salinan lainnya diserahkan ke petugas piutang usaha dengan nota pengiriman uang.